Minggu, 26 Agustus 2012

Mengenal Kesenian Jathilan / kuda lumping

Kesenian ini merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada dan berkembang di daerah pegunungan menoreh, tepatnya di sebelah selatan candi Borobudur. Kesenian ini memiliki latar belakang yang berhubungan dengan sejarah perang gerilya Pangeran Diponegoro. Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa kesenian jathilan ini berasal dari jawa timur, tepatnya kesenian Reog Ponorogo.dikatakan sebagai pemain Jothil.
Namun di Borobudur,kesenian jathilan memiliki sejarah yang berbeda.Mereka mendapatkan inspirasi dari melihat pasukan pangeran diponegoro yang sedang melakukan perang gerilya di sepanjang pegunungan Menoreh. Seringnya masyarakat Borobudur di pegunungan  waktu itu melihat dan menyaksikan pasukan gerilya Pangeran.Diponegoro membuat mereka memiliki kedekatan emosional,dengan peristiwa sejarah tersebut. Lalu mereka mengekspresikan rangsang visual mereka dalam bentuk kesenian yang diiringi dengan musik gamelan yang diwujudkan dengan penari yang menaiki kuda yang terbuat dari kepang/anyaman bambu. Maka kesenian jathilan ini kadang juga dinamakan dengan kesenian kuda Kepang/kuda Lumping(bahasa jawa).
Kesenian ini juga menggunakan media trance untuk berhubungan dengan kekuatan gaib yang ada dan mereka yakini menjadi sesepuh desa mereka. Ada beberapa desa masih memiliki keyakinan akan hal tersebut. Salah satu contoh yang sampai saat ini masih ereka lakukan adalah, Setiap mereka melakukan pementasan mereka harus membawa air dari mata air dimana terdapat batu bekas telapak kuda, yang dipercaya sebagai bekas telapak kaki kuda Pangeran Diponegoro. Tradisi ini masih mereka bawa hingga sekarang dan hal ini sudah menjadi tradisi mereka dalam menggelar kesenian jathilan ini disetiap pertunjukan.
Trance dalam pertunjukan jathilan juga kadang dipergunakan untuk menolak bala/tolak bala atau menyembuhkan penyakit bagi orang yang mempercayainya. Kekuatan alam ini sampai sekarang kadang masih mereka lakukan dalam setiap hajatan. Masyarakat mereka yang memiliki kaul/ kehendak untuk menggunakan kesenian ini untuk merayakan sebuah perayaan, baik khitanan, perkawinan bahkan nadar dari seseorang yang memang menghendakinya.
Setiap kelompok kesenian jathilan selalu memiliki seorang dukun yang dianggap sebagai sesepuh di kelompok tersebut yang menjadi Penetralisasi Trance. Sang dukun ini menjadi sebuah mediator yang menjembatani antara manusia dan roh kekuatan magis tersebut.
Selain Penari Prajurit, biasanya dalam pertunjukannya mereka juga menggunakan beberapa topeng Buto yang menjadi pelengkap dari keseluruhan pertunjukan kesenian jathilan tersebut yang disebut Grasak. Bagian pertunjukan grasak ini biasanya merupakan babak terakhir dari keseluruhan rangkaian pertunjukan kesenian jathilan.

0 komentar:

Kesenian Jathilan Sebagai Bentuk Sajian Wisata Di Objek Wisata Kaliurang.

Kesenian Jathilan merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditinjau dari fungsinya, kesenian Jathilan pada saat ini telah berubah dari konteks yang semula ritual religius, bersifat sakral dan magis, menjadi non ritual dan non religius, yakni kesenian Jathilan berfungsi sebagai seni pertunjukan, namun tidak menghilangkan unsur asli dari kesenian Jathilan. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, masyarakat mengalami perkembangan yang mengarah ke perubahan. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, para seniman kesenian Jathilan mengemas kesenian Jathilan sebagai seni wisata dengan kemasan yang menarik dan disesuaikan dengan selera masyarakat atau wisatawan agar kesenian Jathilan sebagai seni wisata di objek wisata Kaliurang diminati wisatawan. Permasalahan yang akan dikaji adalah mengenai bagaimana kemasan kesenian Jathilan sebagai bentuk sajian wisata di objek wisata Kaliurang, serta kreativitas seniman kesenian Jathilan dalam menyajikan kesenian Jathilan agar dapat menarik minat para wisatawan. Tujuan diadakan penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemasan kesenian Jathilan sebagai bentuk sajian wisata di objek wisata Kaliurang, serta kreativitas seniman kesenian Jathilan dalam menyajikan kesenian Jathilan agar dapat menarik minat para wisatawan. Manfaat penelitian adalah memberikan informasi pada masyarakat untuk dapat mengenal kesenian Jathilan, dijadikan landasan untuk lebih mengembangkan dan mengemas kesenian Jathilan sebagai bentuk sajian wisata, dan memberi masukan dan pertimbangan untuk lebih meningkatkan sajian wisata. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan demikian akan menghasilkan data yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian adalah objek wisata Kaliurang Daerah Istimewa Yogyakarta. Fokus penelitian pada kesenian Jathilan mencakup kemasan kesenian Jathilan sebagai bentuk sajian wisata, unsur-unsur pendukung kesenian Jathilan, serta kreativitas seniman dalam menyajikan kesenian Jathilan. Sumber data dari teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa kesenian Jathilan di objek wisata Kaliurang dipertunjukkan pada acara pentas seni di objek wisata Kaliurang setiap minggu dan dilaksanakan di sebuah arena di Telogo Putri objek wisata Kaliurang. Adapun urutan pertunjukan kesenian Jathilan di objek wisata Kaliurang terdiri dari lima bagian yaitu: 1) penyediaan sesajen, 2) babak 1 (nggampingan), 3) dagelan yang dilakukan oleh Penthul dan Tembem, 4) babak 2 (temanggungan), dan 5) babak 3 (Kejawen). Setiap babak pada pertunjukan kesenian Jathilan di objek wisata Kaliurang dilakukan oleh penari Jathilan yang biasa disebut dengan Jongki yang berjumlah 6 orang. Gerak pada pertunjukan kesenian Jathilan di objek wisata Kaliurang tidak mempunyai aturan yang baku. Ragam gerak pada pertunjukan kesenian Jathilan menggambarkan persiapan prajurit sebelum melakukan latihan perang dan ragam gerak yang menggambarkan prajurit melakukan latihan perang. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan yaitu: seperangkat gamelan laras slendro, bende, dan alat musik band. Tata busana yang dikenakan para penari kesenian Jathilan adalah kostum kejawen. Tata rias wajah para Jongki adalah rias muka yang dibuat tebal, terutama alis dan perona pipi. Tempat pentas pertunjukan kesenian Jathilan di objek wisata Kaliurang adalah berbentuk tanah lapang terbuka. Properti yang digunakan adalah kuda kepang, cambuk atau pedang yang terbuat dari bambu. Tata cahaya pada pertunjukan kesenian Jathilan di objek wisata Kaliurang dengan pencahayaan matahari. Kreativitas seniman kesenian Jathilan dalam menyajikan kesenian Jathilan agar dapat diminati para wisatawan dilakukan oleh pencipta tari, pawang, penari atau Jongki, pemusik dan penyanyi. Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran sebagai berikut: pertama, para seniman lebih meningkatkan kreativitas dalam mengemas pertunjukan kesenian Jathilan agar pertunjukan kesenian Jathilan semakin diminati oleh wisatawan serta mencari bibit-bibit baru agar terjadi perbaharuan pada anggota grup kesenian Jathilan sehingga kesenian Jathilan bertahan kelangsungan hidupnya. Kedua, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata khususnya pengelola objek wisata Kaliurang dapat memperbaiki tempat pertunjukan kesenian Jathilan di objek wisata Kaliurang sehingga para penonton merasa nyaman dalam menikmati pertunjukan kesenian Jathilan.

0 komentar:

Minggu, 05 Agustus 2012

pementasaan TURONGGO KAISAR

0 komentar: